Sabtu, 09 September 2017

Ukuran

Setiap sesuatu memiliki ukurannya masing-masing. Bisa jadi satu ukuran, bisa jadi beda ukuran.

Bagaimana saya dapat mengukur kemampuanmu denganku, jika aku memiliki ukuran 1 untuk satuan centimeter, sedangkan kau memiliki ukuran 1 untuk kilometer. Angka kita sama, namun ukuran satuan tersebut berbeda.

Sepertihalnya mengukur kemampuan seseorang dengan ilmu pastinya. Bagi seniman, semua ilmu pasti itu dapat berubah setiap saat tergantung dari sudut mana memandangnya. Sedangkan bagi ilmuwan ilmu pasti itu harus menjadi sebuah terapan agar berikutnya dapat dikembangkan, tanpa merubah pondasi dasarnya.

Ukuran keberhasilan seseorang kebanyakan dilihat dari apa yang dia punya, seperti rumah mewah, mobil mewah, uang yang banyak, perhiasan, perusahaan-perusahaan yang dimiliki dan lainnya yang dapat dilihat dari mata orang banyak. Hal ini tidak dapat dipungkiri karena dunia memang menyediakan banyak kekayan untuk manusia, namun ada yang hilang dari makna sebuah keberhasilan tersebut, yang hanya sebagian orang saja yang dapat menyelaminya.

Ukuran tersebut memacu satu dengan yang lainnya agar bisa untuk memilikinya. Bisa dengan cara yang baik, bisa juga tidak. Sehingga terjadilah kelas sosial yang membedakan seseorang. Hal baik dan hal buruk pun timbul. Ada sebuah kebanggaan, kesenangan dan kehormatan bagi yang memilikinya, ada juga sebuah kecemburuan, kesedihan dan kehinaan bagi yang tidak memilikinya. Dengan begitu hukum rimba pun berlaku untuk semuanya. "Siapa yang kuat dia yang menang." Kuat dalam ukuran yang menjadi barometer kesuksesan banyak orang.

Sebuah tolak ukur seharusnya membuat seesorang dengan mudah mengetahui posisi dirinya saat itu. Jika ukuran keberhasilan tersebut tidaklah abadi, maka ukuran itu dapat menurun. Seseorang yang mengetahui posisinya saat itu, akan melakukan tindakan yang bermanfaat untuk orang lain, dengan menghilangkan rasa kesombongannny, kebanggaanyya, kesenangannya dan kegilaan hormatnya. Sehingga dia dapat melebur dan menyatu dengan kelas mana pun. Walaupun kelasan tersebut berisikan para dewa atau para iblis. Dia tetaplah pada ukuran tersebut.

Bagaimana cara mengukur nilai seseorang?
Baiklah, beri saja dia ujian yang dapat membuatnya tidak jatuh sejatuh-jatuhnya, dan bangkit sebangkit-bangkitnya. Lihat apkah dia berubah atau tidak sikap dan sifatnya.
Sebagai contoh, ketika ujian tersebut bersifat menyenangkan, menggembirakan dan dilimpahkan rezeki yang banyak, bagaimana dia gunakan ujian tersebut, dan amati tingkah lakunya dalam mengeluarkan rezeki yang berlebih itu.
Begitu pun sebaliknya, ketika ujian itu bersifat menyusahkan, menyedihkan, rezeki yang sedikit dan tak ada orang yang ingin mendekatinya, bagaimana dia gunakan ujuian tersebut, dan amati tingkah lakunya dalam usaha memperoleh rezeki yang dia inginkan itu.

Ukuran itu sangat penting, untuk mengetahui posisi seseorang dengan Tuhannya.
Ukuran dalam berhubungan dengan Tuhan dan manusia yang harus sejalan.

Related Posts:

  • Awal,Proses dan Akhir KehidupanHidup ini adalah sebuah perjalanan pulang. Bukan sebuah tujuan. Hidup dunia ini hanya sebatas tiga kata, yaitu, "Awal", "Proses", dan "Akhir". Awal d… Read More
  • Kebenaran dan PembenaranMencari "Kebenaran" itu sejatinya ada pada hati dan mencari sebuah "Pembenaran" ada pada akal pikiran. Bagaimana bisa aku mencari Kebenaran sedangkan … Read More
  • Belajar Itu Menyenangkan Ketika kau memutuskan untuk belajar dalam kehidupan, dimana pun, kapan pun dan dengan siapa pun kau pasti dapat belajar dengan baik. Belajar dengan s… Read More
  • Orang-orang Terbaik di LuarNegaraku tercinta,  Aku sungguh tidak tahu apa yang kau inginkan. Kekayaan alam yang melimpah ruah. Kebudayaan yang sangat beragam. Dan banyak… Read More
  • Jalan Pulang Kehidupan ini hanya sebatas jalan pulang. Tak peduli sejauh apa itu jalannya, sebesar apa itu resikonya, sesusah apa itu rintangannya, yang terpentin… Read More

0 komentar:

Posting Komentar

Popular Posts

Pages

Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.