Kamis, 02 Agustus 2018

Tentang Tarian

Lama sudah jemari ini tidak menari di atas tombol-tombol penuh makna.
Yang akan merangkai huruf menjadi kata. Merapihkan kata-kata menjadi kalimat. Menyatukan kalimat menjadi paragraf. Mengikat paragraf dalam sebuah penulisan. Penulisan yang akan berkembang menjadi sebuah gagasan dan bacaan.

Tarian jemari ini semakin menggebu untuk menuangkan sebuah pemikiran yang selalu saja berkelahi dalam imajinasi.
Tarian akan sebuah penulisan yang akan menggugah hati dan mencerahkan pikiran.
Tarian akan keindahan hidup yang bermesraan dengan alam.
Tarian akan kenyataan hidup yang terlalu nikmat untuk segera dijalani.
Tarian akan sebuah jiwa yang bertentangan dengan suara hati.
Tarian akan kesucian dalam kubangan lumpur hidup yang dapat membunuh.
Tarian akan detik waktu yang memainkan lagu itu itu saja.
Tarian akan perdebatan dalam memperjuangkan kepentingan.
Tarian akan akal sehat yang ingin sekali berkata lantang dan mematikan bagi siapa saja yang membangkang.

Lama sekali tarian itu tidak pernah tampil untuk menghibur.
Tarian itu terpendam dalam kenyataan yang banyak menghabiskan waktu.
Tarian itu terganjal oleh pikiran dan hati yang tak kunjung damai.
Tarian itu terganggu dengan buaian mimpi dan hantaman kenyataan.
Tarian itu akan semakin kaku karena jarangnya latihan gerakan indah.

Tarian katak ketika hujan turun.
Tarian anak ketika musik yang ceria berdendang.
Tarian profesional ketika diatas panggung dan lampu menyorotinya.
Tarian dahaga penyanyi dangdut demi menyambung hidup.
Tarian tukang sayur keliling yang selalu membawa kesegaran.

Dalam kemacetan ibu kota pun lahir sebuah tarian indah bagi yang merasakannya.
Dimana musik-musik pengiringnya berasal dari bunyi klakson, knalpot kendaraan, hujatan dan caci maki orang. Seakan menjadi tanda bahwa manusia tersebut harus menari indah, bergelut dengan gesitnya waktu dan ruang.

Jika tarian sebagian dari seni dan keindahan, maka aku menikmatinya.
Jika tidak, maka tarian itu harus mencari seni dan keindahannya, tanpa menabrak norma yang ada.

Senin, 08 Januari 2018

Usia

Usia memang seperti itu.
Selalu bertambah maju mendekati kematian.
Tanpa sadar waktu yang tersisa tinggal sebentar saja.

Usia tidak memandang besarnya angka yang kau punya.
Karena dia hanya sebagai ukuran lamanya kau bernafas dibumi ini.
Dia tetap berjalan dan mengantarkan kita ke alam berikutnya.

Usia selalu pantang mundur untuk menego waktu.
Dia mengikuti detik demi detik dada seseorang berdetak.
Hingga detak terakhir, disaat itulah usia ditutup.

Usia mengantarkan seseorang kepada waktu yang tepat.
Entah usia anak-anak adalah waktu yang tepat untuk bermain.
Entah usia remaja adalah waktu yang tepat untuk belajar.
Entah usia dewasa adalah waktu yang tepat untuk memulai hidup baru.
Entah usia tua adalah waktu yang tepat untuk banyak beristirahat.
Dia selalu mengatar kita pada waktu-waktu yang tepat.
Walaupun kematian selalu ada dalam waktu waktu tersebut.
Tidak mengenal siap atau tidak, kematianlah yang dapat menghentikan usia.

Usia tidak kenal lelah.
Karena dia adalah tempat untuk selalu membawa Tuhan dalam setiap perjalanan.

Ke tempat Ibadah

Ketika kau melaksanakan sholat, maka hendaklah ke masjid.
Terutama bagi kaum adam, agar dunia mencatat setiap langkahnya.
Karena banyak nilai yang akan didapatkan.
Mulai dari nilai yang terlihat,
Hingga nilai yang tak kasat mata.

Ketika kau melaksanakan sholat di masjid.
Hendaklah kau memberikann kedamaian dalam perjalananmu menuju padaNya.
Diwaktu yang ditentukan dan lingkungan yang akan kau lewati.
Hingga kau dapat mengetahui keadaan tetangga sekitar.

Ketika kau hendak sholat ke masjid.
Tujuanmu adalah Allah Yang Maha Esa.
Dengan rasa cinta yang mendalam untuk berkomunikasi kepadaNya.
Dengan rindu yang menggebu untuk sujud dihadapanNya.
Dengan beribu kegaduhan hati untuk berbincang denganNya.
Dengan sejuta harapan indah yang selalu didengarNya.
Dengan pembersihan diri dari segala kotoran untuk bertemu denganNya.
Dengan waktu yang di tetapkan, agar terjaga keluh kesahmu tidak lebih banyak didepanNya.
Walaupun Dia Maha Mengetahui dalam setiap waktu berbagai doa yang kau panjatkan dalam setiap hembusan nafasmu. Dia menetapkan waktu khusus untuk membasuh lelahmu dan mengembalikan semangatmu.

Ketika kau hendak sholat ke masjid.
Kau tidak untuk beribadah sendiri.
Merasa paling suci pun tidak.
Merasa ingin dihormati karena rajin ibadag pun juga tidak.
Merasa alim dan benar karena perjalanmu ke masjid, membuatmu lebih baik dari yang lainnya hanya menjadikan kau tidak mencerminkan 99 sifatNya.

Tugas kau yang hendak sholat ke masjid adalah
Bukan semata untuk memperoleh pahala lebih banyak.
Bukan semata untuk beribadah untuk sendiri.
Bukan semata untuk bertemu dengan sahabat yang sepemahaman.
Bukan juga untuk menunjukan bahwa Islam itu kuat dengan rapatnya barisan dan banyaknya jamaah yang berada dalam masjid.

Tetapi, kau memiliki tugas bagaimana mengajak seseorang dengan nilai-nilai yang terkandung dalam islam.
Bukan hanya untuk menyuruh orang lain sholat ke masjid, tetapi mengajaknya bersama untuk sholat ke masjid.
Bukan hanya berkumpul dengan orang yang itu-itu saja yang dapat kau rangkul, tetapi semuanya yang ada dalam lingkungan itu harus bisa kau rangkul.
Bukan hanya doa pribadi yang dapat kau panjatkan, tetapi bertegur sapa dengan jamaah yang lain akan memberikan ketenangan.

Bukan hanya jalan lurus ke masjid, tapi juga untuk menyapa orang-orang yang bertemu dalam perjalananmu ke masjid.
Bukan hanya jalan lurus ke masjid, tapi juga untuk menyemparkan berkunjung kerumah tetangga yang menyapamu dengan senyum.
Bukan hanya jalan lurus ke masjid, tapi juga mengetahui dan membantu tetangga yang sedang kesusahan.
Bukan hanya jalan lurus ke masjid, tapi juga untuk menyempaikan pesan "rahman dan rahim" yang telah kau sebut ketika berhadapan denganNya.


Ketika kau pergi ke masjid.
Maka adab dan sopan santun selalu menyertai langkahmu.
Hubungan dengan Allah dan manusia tetap terjaga.
Dan kau harus belajar menjadi hamba, bukan Tuhan.

Hal ini bukan hanya untuk umat Islam.
Tetapi untuk semua umat yang selalu menjaga hubungannya dengan Sang Pencipta dan Sang Dicipta.
Ketika kau beribadah ke tempat peribadahan yang suci.
Karena Tuhan menginginkan kita selamat.

Kamis, 02 November 2017

Mati Sejenak

Hidup mengarah pada sebuah kematian. Dimana alam keabadian telah menunggu untuk memberikan hasil dari sebuah penanaman kehidupan. Entah tanaman itu baik atau tidak, kematian akan memanen hasilnya yang akan diberikan kepada setiap penghuninya.

Kematian mengingatkan seseorang dibumi akan sebuah hakikat perjalanan hidup. Yang akan hilang dari kehidupan,  namun abadi dalam nilai-nilai luhur yang ditanamnya.

Kematian abadi merupakan sebuah petaka bagi mereka yamg tidak dapat memberikan hidup dengan nilai-nilai luhur. Sehingga keburukan yang dibawanya bersifat kekal dan abadi, menemani perjalannya kembali ke Sang Pencipta.

Kematian sejenak membuat seseorang tersadar dari sesaknya nafas dan ketiadaan dirinya setelah hidup. Dengan melihat dirinya terkapar lemah tak berdaya, sehingga hidupnya dibumi menjadikannya bekal untuk kematian.

Sabtu, 21 Oktober 2017

Kelak Kau

Kelak kau akan mengerti, bahwa menahan diri untuk membuat seseorang tak tersinggung karena lisanmu, lebih mulia dari pada mengutarakan isi hati.

Kelak juga kau akan mengerti. Bahwa tersinggung atau tidaknya lisan seseorang terhadap kita, tergantung pada hubungannya terhadap Sang Pencipta. Dimana Dia telah menuliskan beribu cara agar kembali kepadaNya.

Kelak kau akan mengerti. Bahwa ketersinggungan dari setiap orang selalu meningkat karena adanya keraguan dan ketakutan. Keraguan atas apa yang selama ini dijalankan, tanpa membaca lebih dalam lagi maknanya, hingga teks, konteks dan realita tidak berjalan dengan mulus, layaknya skenario film yang akan dinikmati orang banyak. Ketakutan atas pengambilsn keputusan, karena kajian yang dilakukan kurang mendalam dan terkesan lambat penanganan.

Kelak juga kau akan tahu, bahwasanya sebuah hati yang suci hanya akan bersinar jika diisi dengan hal yang positif, mengingatNya,

Merasakanmu

Merasakanmu adalah setiap darahku mengalir menciptakan kehidupan dalam oragan tubuhku. Jantung memompa dara dengan irama yang dapat ditentukan. Kadang berdetak kencang atau pun pelan. Hingga ajal menghentikan detaknya.

Merasakanmu adalah kehidupan yang selalu berputar tanpa henti. Tanpa takut jika terlepas dariNya. Karena Dia Maha Mengawasi. Setiap gerak-gerik tingkah laku seseorang akan terdeteksi dengan cepat apa maksudnya. Orang tersebut masuk kedalam skenario terbesarNya.

Merasakanmu memberikanku ruang dan waktu yang sangat luas. Rasa hadirnya diriMu membuatku manja akan banyak permintaan. Layaknya anak kecil yang selalu ingin ini dan itu.

Merasakanmu hadir dalam setiap penglihatanku, membuatku semakin terawasi oleh Sang Pembuatku. Tanpa ada campur tangan langsung Dia menuntunku agar kembali kepadaNya.

Merasakanmu membuat hati menjadi tengan. Hanya karena mengingatmu dan merasakan akan hadirnya diriMu dalam setiap gerak-gerikku.

Merasakanmu membuatku sadar dan tahu diri, antara Sang Pencipta dan yang diciptakanNya, termasuk aku. Tentang tingkah laku yang selalu terdeteksi oleh hati, sebagai sumber tolak ukur kemanusiaan.

Mendengarmu

Aku mendengarmu melalui hembusan angin yang menyapa telingaku. Dengan kesejukan dan kelembutan kasih dalam penyampaian pesanMu. Agar aku selalu menjaga belaian kasih sayangMu sepanjang jalan menujuMu.

Aku mendengarmu melalui gemericik air yang mengalir. Dengan nada-nada kehidupan yang selalu mengalir mencari ujung dari hilir yang telah disiapkan. Agar hidup selalu berjalan kedepan, mencari muara terbesar hingga samudera surga yang selalu didambakan.

Aku mendengarmu melalui melalui tetesan embun dipagi hari. Memberikan harapan baru untuk mengisi hari demi hari. Menciptakan beragam keajaiban yang tidak dapat disangkakan. Hingga sang malam tiba berselimutkan dengan kabut. Menutup semua cerita tentang hari ini. Berdoa dan berharap agar embun pagi esok hari lebih baik dari panasnya mentari.

Aku mendengarmu melalui tetesan air hujan. Yang entah bagaimana membawakan berkah dari Ilahi tentang kehidupan manusia. Namun, bisa juga menjadi sebuah bencana bagi manusia dan lingkungannya, agar aku berpikir tentang rumus kehidupanMu. Tetesan yang dapat menghilangkan dahaga bumi dari teriknya matahari. Dan tetesan yang dapat menenggelamkan suatu tempat dengan memakan korban.

Aku mendengarmu melalui tangisan bayi yang baru lahir. Sapaan pertamanya menghadapi dunia. Yang entah bagaimana bayi itu harus hidup dan kembali kepadaNya. Dengan siapa orang tuanya itu hanya Dia yang mengaturNya. Hingga problematika besar bermunculan karena gagalnya kita memahami sapaan bayi pertama lahir itu.

Aku mendengarmu melalui gosip murahan tentang berbagai kejelekan orang-orang. Hujatan yang selalu terlontar dari para pembenci. Caci maki yang keluar tak terkendali. Serta emosi yang dapat menghancurkan satu generasi. Hingga saat orang yang dibicarakan tersebut hadir didepannya. Dan mereka terdiam, tertunduk malu serta mengalihkan pembicaraan agar terasa akrab kembali.

Aku mendengarmu melalui kitab yang selalu dibacakan oleh para penerus agama. Dengan pemahaman yang beragam, sampai beribu pertanyaanku dibuatnya, tentang isi dari kitab-kitabMu. Mengapa mereka selalu mempertentangkan satu dengan yang lainNya. Baik dalam satu agama ataupun berbeda agama, yang selalu membuatku bertanya tentang skenario apalagi yang akan Kau buat.

Aku mendengarmu melalu orang-orang "katanya". Yang selalu membawa kata "katanya" yan tidak memiliki ujung pangkal. Sumber yang valid yang dapat dijadikan bahan perimbangan. Namun "katanya" ini sangat menarik, karena dapat menimbulkan persepsi lain yang dapat memacu otak untuk berpikir ulang tentang suatu masalah.

Aku akan selalu mendengarkanMu. Melalui bisikan ataupun hal nyata, yang dapat membawaku kembali kepadaMu.



Popular Posts

Pages

Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.

Tentang Tarian

Lama sudah jemari ini tidak menari di atas tombol-tombol penuh makna. Yang akan merangkai huruf menjadi kata. Merapihkan kata-kata menjadi ...