Kamis, 02 November 2017

Mati Sejenak

Hidup mengarah pada sebuah kematian. Dimana alam keabadian telah menunggu untuk memberikan hasil dari sebuah penanaman kehidupan. Entah tanaman itu baik atau tidak, kematian akan memanen hasilnya yang akan diberikan kepada setiap penghuninya.

Kematian mengingatkan seseorang dibumi akan sebuah hakikat perjalanan hidup. Yang akan hilang dari kehidupan,  namun abadi dalam nilai-nilai luhur yang ditanamnya.

Kematian abadi merupakan sebuah petaka bagi mereka yamg tidak dapat memberikan hidup dengan nilai-nilai luhur. Sehingga keburukan yang dibawanya bersifat kekal dan abadi, menemani perjalannya kembali ke Sang Pencipta.

Kematian sejenak membuat seseorang tersadar dari sesaknya nafas dan ketiadaan dirinya setelah hidup. Dengan melihat dirinya terkapar lemah tak berdaya, sehingga hidupnya dibumi menjadikannya bekal untuk kematian.

Sabtu, 21 Oktober 2017

Kelak Kau

Kelak kau akan mengerti, bahwa menahan diri untuk membuat seseorang tak tersinggung karena lisanmu, lebih mulia dari pada mengutarakan isi hati.

Kelak juga kau akan mengerti. Bahwa tersinggung atau tidaknya lisan seseorang terhadap kita, tergantung pada hubungannya terhadap Sang Pencipta. Dimana Dia telah menuliskan beribu cara agar kembali kepadaNya.

Kelak kau akan mengerti. Bahwa ketersinggungan dari setiap orang selalu meningkat karena adanya keraguan dan ketakutan. Keraguan atas apa yang selama ini dijalankan, tanpa membaca lebih dalam lagi maknanya, hingga teks, konteks dan realita tidak berjalan dengan mulus, layaknya skenario film yang akan dinikmati orang banyak. Ketakutan atas pengambilsn keputusan, karena kajian yang dilakukan kurang mendalam dan terkesan lambat penanganan.

Kelak juga kau akan tahu, bahwasanya sebuah hati yang suci hanya akan bersinar jika diisi dengan hal yang positif, mengingatNya,

Merasakanmu

Merasakanmu adalah setiap darahku mengalir menciptakan kehidupan dalam oragan tubuhku. Jantung memompa dara dengan irama yang dapat ditentukan. Kadang berdetak kencang atau pun pelan. Hingga ajal menghentikan detaknya.

Merasakanmu adalah kehidupan yang selalu berputar tanpa henti. Tanpa takut jika terlepas dariNya. Karena Dia Maha Mengawasi. Setiap gerak-gerik tingkah laku seseorang akan terdeteksi dengan cepat apa maksudnya. Orang tersebut masuk kedalam skenario terbesarNya.

Merasakanmu memberikanku ruang dan waktu yang sangat luas. Rasa hadirnya diriMu membuatku manja akan banyak permintaan. Layaknya anak kecil yang selalu ingin ini dan itu.

Merasakanmu hadir dalam setiap penglihatanku, membuatku semakin terawasi oleh Sang Pembuatku. Tanpa ada campur tangan langsung Dia menuntunku agar kembali kepadaNya.

Merasakanmu membuat hati menjadi tengan. Hanya karena mengingatmu dan merasakan akan hadirnya diriMu dalam setiap gerak-gerikku.

Merasakanmu membuatku sadar dan tahu diri, antara Sang Pencipta dan yang diciptakanNya, termasuk aku. Tentang tingkah laku yang selalu terdeteksi oleh hati, sebagai sumber tolak ukur kemanusiaan.

Mendengarmu

Aku mendengarmu melalui hembusan angin yang menyapa telingaku. Dengan kesejukan dan kelembutan kasih dalam penyampaian pesanMu. Agar aku selalu menjaga belaian kasih sayangMu sepanjang jalan menujuMu.

Aku mendengarmu melalui gemericik air yang mengalir. Dengan nada-nada kehidupan yang selalu mengalir mencari ujung dari hilir yang telah disiapkan. Agar hidup selalu berjalan kedepan, mencari muara terbesar hingga samudera surga yang selalu didambakan.

Aku mendengarmu melalui melalui tetesan embun dipagi hari. Memberikan harapan baru untuk mengisi hari demi hari. Menciptakan beragam keajaiban yang tidak dapat disangkakan. Hingga sang malam tiba berselimutkan dengan kabut. Menutup semua cerita tentang hari ini. Berdoa dan berharap agar embun pagi esok hari lebih baik dari panasnya mentari.

Aku mendengarmu melalui tetesan air hujan. Yang entah bagaimana membawakan berkah dari Ilahi tentang kehidupan manusia. Namun, bisa juga menjadi sebuah bencana bagi manusia dan lingkungannya, agar aku berpikir tentang rumus kehidupanMu. Tetesan yang dapat menghilangkan dahaga bumi dari teriknya matahari. Dan tetesan yang dapat menenggelamkan suatu tempat dengan memakan korban.

Aku mendengarmu melalui tangisan bayi yang baru lahir. Sapaan pertamanya menghadapi dunia. Yang entah bagaimana bayi itu harus hidup dan kembali kepadaNya. Dengan siapa orang tuanya itu hanya Dia yang mengaturNya. Hingga problematika besar bermunculan karena gagalnya kita memahami sapaan bayi pertama lahir itu.

Aku mendengarmu melalui gosip murahan tentang berbagai kejelekan orang-orang. Hujatan yang selalu terlontar dari para pembenci. Caci maki yang keluar tak terkendali. Serta emosi yang dapat menghancurkan satu generasi. Hingga saat orang yang dibicarakan tersebut hadir didepannya. Dan mereka terdiam, tertunduk malu serta mengalihkan pembicaraan agar terasa akrab kembali.

Aku mendengarmu melalui kitab yang selalu dibacakan oleh para penerus agama. Dengan pemahaman yang beragam, sampai beribu pertanyaanku dibuatnya, tentang isi dari kitab-kitabMu. Mengapa mereka selalu mempertentangkan satu dengan yang lainNya. Baik dalam satu agama ataupun berbeda agama, yang selalu membuatku bertanya tentang skenario apalagi yang akan Kau buat.

Aku mendengarmu melalu orang-orang "katanya". Yang selalu membawa kata "katanya" yan tidak memiliki ujung pangkal. Sumber yang valid yang dapat dijadikan bahan perimbangan. Namun "katanya" ini sangat menarik, karena dapat menimbulkan persepsi lain yang dapat memacu otak untuk berpikir ulang tentang suatu masalah.

Aku akan selalu mendengarkanMu. Melalui bisikan ataupun hal nyata, yang dapat membawaku kembali kepadaMu.



Kamis, 19 Oktober 2017

Melihatmu

Aku melihatmu dalam rintik hujan yang membasahi bumi. Yang membuat embun dalam ruangan. Dan memberi bintik pada kaca yang tak menyerapmu.

Aku melihatmu dalam siang yang disenyumi matahari. Terlapis awan agar tak terlalu menyengat panasnya. Terlapis udara yang membuatku merasa sejuk. Terlapis polusi yang terkadang membuat kabut mata memandang.

Aku melihatmu dalam gelapnya malam. Disaat bulan bersinar dengan rasa malunya. Bintang berkelip dengan lincahnya. Angin malam berhembus dengan belaian kasih sayangnya. Agar aku dapat tidur dengan nyenyak.

Aku melihatmu dalam tatapan kosong para pelamun. Menggambarkan surga untuk tempat abadinya. Melukiskan indahnya hidup yang akan dijalaninya. Memetakan langkah untuk dapat berjalan menujumu.

Aku melihatmu dalam hijaunya daun di pepohonan. Pada buah yang bersandar manja pada pepohonan. Hasil panen yang melimpah ruah. Agar aku dapat bertahan hidup menujumu.

Aku melihatmu dalam sebuah bencana alam yang menakutkan. Menegurku untuk siap akan sesuatu yang tak terduga. Memberikan peringatan akan alam yang harus di lestarikan. Dan sesuatu yang dapat datang kapan saja. Memberikan kita tempat untuk menunjukan kebenaran diri secara abadi. Apakah dapat memaknainya dengan baik atau tidak.

Aku melihatmu pada setiap sudut. Yang menjadikan hidup ini tak pernah sendirian. Bahkan dalam keheningan sepi yang tak seorang pun dapat menemukanku.

Sabtu, 09 September 2017

Ukuran

Setiap sesuatu memiliki ukurannya masing-masing. Bisa jadi satu ukuran, bisa jadi beda ukuran.

Bagaimana saya dapat mengukur kemampuanmu denganku, jika aku memiliki ukuran 1 untuk satuan centimeter, sedangkan kau memiliki ukuran 1 untuk kilometer. Angka kita sama, namun ukuran satuan tersebut berbeda.

Sepertihalnya mengukur kemampuan seseorang dengan ilmu pastinya. Bagi seniman, semua ilmu pasti itu dapat berubah setiap saat tergantung dari sudut mana memandangnya. Sedangkan bagi ilmuwan ilmu pasti itu harus menjadi sebuah terapan agar berikutnya dapat dikembangkan, tanpa merubah pondasi dasarnya.

Ukuran keberhasilan seseorang kebanyakan dilihat dari apa yang dia punya, seperti rumah mewah, mobil mewah, uang yang banyak, perhiasan, perusahaan-perusahaan yang dimiliki dan lainnya yang dapat dilihat dari mata orang banyak. Hal ini tidak dapat dipungkiri karena dunia memang menyediakan banyak kekayan untuk manusia, namun ada yang hilang dari makna sebuah keberhasilan tersebut, yang hanya sebagian orang saja yang dapat menyelaminya.

Ukuran tersebut memacu satu dengan yang lainnya agar bisa untuk memilikinya. Bisa dengan cara yang baik, bisa juga tidak. Sehingga terjadilah kelas sosial yang membedakan seseorang. Hal baik dan hal buruk pun timbul. Ada sebuah kebanggaan, kesenangan dan kehormatan bagi yang memilikinya, ada juga sebuah kecemburuan, kesedihan dan kehinaan bagi yang tidak memilikinya. Dengan begitu hukum rimba pun berlaku untuk semuanya. "Siapa yang kuat dia yang menang." Kuat dalam ukuran yang menjadi barometer kesuksesan banyak orang.

Sebuah tolak ukur seharusnya membuat seesorang dengan mudah mengetahui posisi dirinya saat itu. Jika ukuran keberhasilan tersebut tidaklah abadi, maka ukuran itu dapat menurun. Seseorang yang mengetahui posisinya saat itu, akan melakukan tindakan yang bermanfaat untuk orang lain, dengan menghilangkan rasa kesombongannny, kebanggaanyya, kesenangannya dan kegilaan hormatnya. Sehingga dia dapat melebur dan menyatu dengan kelas mana pun. Walaupun kelasan tersebut berisikan para dewa atau para iblis. Dia tetaplah pada ukuran tersebut.

Bagaimana cara mengukur nilai seseorang?
Baiklah, beri saja dia ujian yang dapat membuatnya tidak jatuh sejatuh-jatuhnya, dan bangkit sebangkit-bangkitnya. Lihat apkah dia berubah atau tidak sikap dan sifatnya.
Sebagai contoh, ketika ujian tersebut bersifat menyenangkan, menggembirakan dan dilimpahkan rezeki yang banyak, bagaimana dia gunakan ujian tersebut, dan amati tingkah lakunya dalam mengeluarkan rezeki yang berlebih itu.
Begitu pun sebaliknya, ketika ujian itu bersifat menyusahkan, menyedihkan, rezeki yang sedikit dan tak ada orang yang ingin mendekatinya, bagaimana dia gunakan ujuian tersebut, dan amati tingkah lakunya dalam usaha memperoleh rezeki yang dia inginkan itu.

Ukuran itu sangat penting, untuk mengetahui posisi seseorang dengan Tuhannya.
Ukuran dalam berhubungan dengan Tuhan dan manusia yang harus sejalan.

Minggu, 30 Juli 2017

Masih Tersesat

Aku masih tersesat dalam perjalanan singkat di dunia ini.
Melihat lautan seakan air dalam kolam yang berisikan kesunyian.
Melihat pasir bagaikan gedung pencakar langit yang tumbang oleh ombak.
Melihat batu seperti bantalan penuh isi yang pecah di terjang benturan kencang.

Aku masih tersesat dalam perjalanan menuju-Mu.
Disaat beragamnya agama yang ada di dunia ini untuk menyembahmu,
Namun harus di perjuangkan dengan sebuah pertikaian dan pertumpahan darah.

Disaat pesohor dunia yang tak luput dari dosa menjadi tangan kananMu tanpa dosa.
Sehingga buta mataku untuk melihatnya sebagai manusia.
Karena halusinasi tingkat tinggi membuatnya menjadi Dewa Maha Benar.

Disaat alam memberikan jawaban atas perbuatan manusia,
Hanya ada dua alasan yaitu musibah atau azab.
Sampai mati nalarku untuk mengartikannya dengan sebab akibat hukum yang berlaku.

Disaat semua terbungkam karena tumpulnya pemikiran.
Sehingga sangat sensitif jika dibahas, namun tidak merubah keadaanya.

Disaat kebenaran tertutup oleh suara terbanyak dari hasil voting,
Sehingga kebenaran yang ada sesuai dengan dukungan banyak orang.

Disaat parah tokoh memenggal sejarah dari para pejuang terdahulu.
Yang telah melahirkan generasi hebat sepanjang abad untuk dunia.
Menciptakan budaya yang hormat kepada orang tua dan sayang terhadap yang muda.

Disaat para pembawa firman Tuhan mengutamakan ayat-ayat semangat perang.
Hingga lupa aku untuk menciptakan kedamaian dalam kehidupan nyata.
Karena adanya ambisi untuk memperjuangkan yang dianggap kebenaran.

Disaat kalimat suci sering terdengar untuk menumbangkan lawan.
Hingga hilang dari pemahaman mendalam tentang kalimat itu.
Jiwa menjadi panas, semangat semakin menggebu dan ketenangan menjadi hilang.

Disaat manusia menjadi manusia suci, pimpinan para dunia untuk membawa kedamaian.
Namun harus dimulai dengan peperangan hingga musuh pun harus tunduk.
Hingga lupa bahwa hakikat semua manusia hanya untuk menyembahMu.

Aku masih tersesat hingga saat ini.
Tak heran jika setiap saat aku selalu meminta petunjukmu untuk jalan yang lurus,
Bukan jalan yang sesat dan dzolim.

Malam Syahdu

Ditemani bintang dan bulan dengan hembusan angin malam yang menyejukan hati.
Bisikan dedaunan yang sibuk berbincang tentang alam memberikan tenang diri.
Suara hewan malam pun bersautan seakan mengisyaratkan akan datangnya kejadian penting hari ini.
Tentang esok yang akan dimulai dari fajar untuk memberi kesempatan manusia untuk bergerak hingga senja telah kembali.


Kamis, 29 Juni 2017

Iblis,Malaikat dan Manusia

Banyak hal yang setiap orang lakukan demi mendapatkan surga abadi disisi Illahi.
Hal-hal baik yang dapat menjadikannya sebagai bekal masuk kesana.
Hal-hal buruk yang dapat menjadikannya sebagai bekal untuk masuk kesebelahnya.

Perlombaan pun di mulai saat manusia hadir di bumi tercinta ini.
Untuk mengemban misi sebagai pemimpin dunia yang disiapkan Illahi.
Agar mencapai visi kembali ke surga menemui Illahi.

Legenda singkat sebelum manusia diciptakan,
iblis dan malaikat hidup rukun didalam surga.
Mereka selalu tunduk akan perintah Illahi,
sehingga surga menjadi taman bermain, tempat terbaik, ternyaman dan terindah
yang disiapkan-Nya untuk hamba-Nya yang taat bertaqwa kepada-Nya.

Hingga manusia tercipta,
Sang Illahi menyiapkannya untuk memimpin bumi.
Namun terjadi perdebatan sengit dari iblis dan malaikat terhadap Illahi.
Sang Illahi memerintahkan seluruh makhluknya tunduk kepada manusia.

Manusia yang tercipta dari tanah,
sebagai makhluk keluaran terbaru yang akan bersejajar dengan iblis dan malaikat,
ternyata memiliki kedudukan yang sangat mulia di sisi Illahi,
dan memiliki jabatan kepemimpinan untuk bumi.
Dengan kuasa Illahi, manusia menjadi bintang dan pemeran utama pada masa itu.

Malaikat yang tercipta dari cahaya,
dengan sifatnya yang selalu tunduk kepada Illahi,
sempat mempertanyakan tentang keadaan manusia
yang memiliki kemungkinan akan berbuat onar dan kerusuhan.
Namun dengan Cinta dan Kasih-Nya,
Sang Illahi berkata "Aku lebih mengetahuinya, dari pada Engkau wahai malaikat"
Dengan kepatuhannya malaikat pun bersegera tunduk kepada manusia.

Iblis yang tercipta dari api,
dengan sifatnya yang kritis, cerdas dan sangat pintar,
mengajukan banding terhadap perintah tersebut.
Penolakannya untuk tunduk terhadap manusia bukan penolakan yang berakal dangkal,
tetapi melalui analisa dan pemikiran mendalam terhadap sifat manusia itu sendiri.
Sifat manusia yang dapat melampaui iblis dan malaikat.
Dan pada akhirnya pun dia tetap menolak untuk tunduk kepada manusia.

Saat penolakan iblis untuk tunduk kepada manusia,
dia mendapatkan konsekuensi atas keputusannya tersebut.
Konsekuensi dari penolakan perintah Illahi yang berujung
pada tempat tinggalnya dari surga pindah ke neraka.

Dengan kecerdasan sang iblis,
dia melakukan negosiasi dan meminta kepada Illahi,
tentang pemikirannya terhadap sifat manusia itu benar dan terbukti
hingga pada waktu yang Illahi tentukan, yaitu kiamat.

Dengan Maha Pengasih dan Maha Penerima doa,
Sang Illahi mengabulkan permintaan iblis untuk mengajak bersamanya menjadi penghuni neraka.

Manusia pertama diciptakan di dalam surga,
dengan segala bentuk kenikmatan yang diberikan Illahi kepadanya.
Manusia sebagai sang pemimpin pun sangat cepat menangkap ilmi dan
apa yang telah diajarkan Illahi kepadanya.
Dengan berbagai macam perantara ilmu,
manusia mampu membaca isi bumi dengan cermat.
Dengan kesendiriannya, Sang Illahi menciptakan satu manusia lagi sebagai pasangannnya.
Pria dan Wanita. Dan akhirnya mereka hidup berdua di dalam surga
dengan saling mengasihi satu sama lainnya.
Sang malaikat pun takjub terhadap sifat manusia yang mampu melebihi tingkatan malaikat.
Semua makanan yang ada di surga,
namun ada satu larangan yang tidak boleh dimakan oleh manusia.

Dengan permintaan iblis untuk mengganggu manusia,
Tugas pertama pun iblis lakukan untuk membujuk manusia
memakan sesuatu yang dilarang Sang Illahi.
Bujukan itu bukan semata-mata dengan wujud aslinya iblis,
karena dia tahu dengan wujud aslinya itu manusia tidak akan tergoda.
Lalu dengan perantara wanita dan bisikan-bisikan mautnya.
Sang iblis mengeluarkan senjata pamungkasnya melalui wanita,
yang sulit untuk di tolak oleh pria.

Wanita itu pun mengajak sang pria untuk memakan makanan tersebut.
Dengan bisikan iblis yang mampu menggerakan wanita tersebut untuk membujuk pria.
Dan di tambah dengan sedikit rasa penasaran.
Maka makanan tersebut dimakan oleh keduanya.
Pria dan wanita yang sangat disayang Illahi tersebut.

Bukan Sang Illahi namanya,
jika Dia tidak mengetahui segala sesuatu walaupun itu sangat sedikit.

Lalu dengan segala konsekuensi tersebut.
Sang iblis berhasil untuk membujuk manusia mengikuti bisikannya.
Dan manusia akhirnya dengan segera dikirim kebumi untuk bertugas menjadi pemimpin.

Penugasan tersebut memisahkan pasangan manusia itu
dalam jangka waktu yang lama dan jarak yang sangat jauh.
Hingga mereka dipertemukan kembali, dan cerita perkembangan manusia pun dimulai.

Iblis, malaikat dan manusia melakukan tugasnya masing-masing dan
berperan dengan sifatnya masing-masing.
Sehingga manusia dapat lebih mulia dari malaikat dan dapat lebih hina dari iblis.


Jumat, 24 Maret 2017

Jadi yang Tidak Terlihat

Saya masih ingat terhadap pesan orang tua bahwa jika berbuat suatu kebaikan jangan pernah diumbar-umbar atau disebarkan agar orang lain tahu, jadilah pemberi yang tidak terlihat. Masalah ganjaran dan balasan, biar Tuhan yang mengaturnya, dan kamu harus melanjutkan berbuat baik kepada siapa pun, dimana pun dan kapan pun.

Dewasa ini saya melihat banyak sekali orang-orang yang ingin menampilkan dirinya. Agar terlihat eksis berbuat baik, dan memaksa orang-orang yang melihatnya untuk mengakui keberadaan dirinya. Segala sesuatu yang dia perbuat disebarkan ke orang lain agar mereka semua mengetahuinya. Sebaran melalui sosial media yang dapat membuat orang memiliki banyak dugaan. Seseorang dapat terlihat hebat ketika dia selalu memposting dirinya dalam berbagai kegiatannya. Kegiatan baik yang harusnya dengan ikhlas membantu orang, dapat terpelintir menjadi alat simpati dan empati bagi orang yang melihatnya.

Positifnya seseorang yang selalu menyebarkan kebaikan dengan cara untuk dilihat orang adalah agar yang lainnya termotivasi untuk ikut teladannya. Namun, harus disadari bahwa mereka juga manusia biasa, tak luput dari kesalahan dengan beragam pandangan. Kebaikan yang terlihat pun tidak semuanya baik untuk menampung pendapat orang lain.

Negatifnya seseorang yang selalu eksis untuk kebaikan demi terlihat orang lain sangatlah banyak. Karena hal ini dapat memberikan sudut pandang yang berbeda bagi setiap orang. Apalagi jika pelaku tersebut adalah publik figur, calon pemimpin dari suatu daerah. Yang mana setiap tindak perilakunya menjadi bahan peperangan bagi kubu lawan. Mereka akan saling tikam dan menjatuhkan, tanpa ada lagi yang memperdulikan hakikatnya sebuah kebaikan.

Jadilah yang tidak terlihat. Ketika selalu melakukan kebaikan dengan cara yang sembunyi-sembunyi maka puas sudah kita melihat kebaikan itu tumbuh menjadi hakikatnya sendiri. Yang menerimanya pun merasa sangat terbantukan karena tidak menjadi objek dari kebaikan tersebut, tetapi menjadi subyek yang harus dia kembalikan dikemudian hari, dengan orang yang berbeda.

Jadilah yang tidak terlihat. Seperti malaikat yang selalu menjalankan tugasnya, tanpa dapat dilihat siapapun. Malaikat yang selalu mengepakan sayapnya, agar seimbangnya manusia berjalan menuju Tuhannya.

Jadilah yang tidak terlihat. Ketika setiap orang ingin menonjolkan dirinya ke dunia, dan kau malah menggali kubur sedalam mungkin agar tetap ingat tempat peristirahatan terakhirmu.

Jadilah yang tidak terlihat. Suatu saat nanti, namamu akan selalu terdengar dari mulut ke mulut, hingga orang-orang hanya mengetahui legendamu saja, tanpa mengetahui orangnya. Itulah keabadian yang selalu berjalan. Tak pernah padam. Tak pernah mati. Tetap berjalan dengan hembusan angin.

Jumat, 17 Maret 2017

Kontrak Hidup

Jum'at dini hari. Mataku terasa berat. Kantuk yang melanda begitu hebat, sehingga mulutku tak dapat menahan uap yang berasal dari dalam rongga tenggorokan, yang menghasilnya sedikit air mata.
Terdengar syahdu dari Sang Pencerita tentang kehidupan manusia. Lantang dan tegas saat ia mengingatkan para pendengarnya akan Kontrak Hidup.

Bagaimana bisa kita satu keluarga tetapi masih tega untuk saling membunuh? Bagaimana bisa mereka yang menyerukan persatuan, malah membuat perpecahan? Sehingga persatuan adalah omong kosong untuk menarik simpati rakyat. Persatuan yang di agung-agungkan untuk suatu kelompok tertentu lalu bias menjadi untuk seluruh rakyat.

Agar tidak terjadi gesekan, Sang Pencerita pun menganjurkan kepada para pendengarnya akan paham tentang Kontrak Hidup. Kontrak hidup manusia di dunia ini seperti apa dan bagaimana menjalaninya. Dalam kontrak, lazimnya mengandung beberapa aturan main seseorang demi mencapai tujuannya. Terdapat pasal-pasal yang harus dipenuhi. Terdapat status jabatan, tugas, tanggung jawab dan waktu yang tertulis. Sampai kepada kompensasi dan hukuman, hak dan kewajiban. Semuanya tertulis jelas jika setiap orang mampu membaca Kontrak Hidup tersebut.

Kontrak hidup ini yang membuatnya adalah Tuhan Sang Pencipta. Dialah yang menuliskan semua pasal-pasal yang ada, kompensasi, jabatan, tugas, hak dan kewajiban. Dialah yang menciptakan jin dan manusia untuk menyembahnya.

Kontrak hidup manusia ini salah satunya terdapat pada Surah Pembuka, yang mana isinya adalah butir-butir kehidupan secara menyeluruh. Penjelasan demi penjelasan menyadarkan kita untuk hidup dalam sebuah kontrak yang sudah kita setujui dari awal.

Tentang Aku, Tentang Kamu dan Tentang Kita

Banyak hal yang ingin ku tulis dari jari-jari tangan kiriku. Tentang aku. Tentang kamu. Dan tentang kita. Banyak hal yang membuatku tertunduk takjub dengan kenyataan yang ada. Dimana mimpi-mimpi, keinginan serta cita-cita yang kita miliki dapat terjawab oleh masa sekarang dan sisa masa depan. Banyak hal yang telah dituliskan oleh Sang Kuasa untuk hamba-hambanya berjalan. Dalam perjalanan menuju-Nya. Karena Dialah satu-satunya tempat kembali.

Tentang aku yang akan selalu berdiri tegak, bertanggung jawab penuh atas segala yang ada di diriku. Tentang perasaan yang berbekas yang kemudian menjadi pudar, atau bahkan menjadi abadi bersemayam dalam kenangan. Aku bertanggung jawab atas perasaan yang ada. Tentang derita akibat suatu kepercayaan. Tentang kecewa akibat suatu harapan. Tentang senyum akibat aku melepaskan semuanya. Aku harus tangguh berjalan dan menghadapi segala sesuatu yang ada. Nilai-nilai yang selama ini aku pegang dan menjadi sebuah prinsip hidup. Untuk mengarahkan kemana aku akan pulang. Berjalan menujuMu, walau berliku dan banyak ketersesatan yang kutemui. Aku pastikan hanya Engkau tempat yang kutuju.

Tentang kamu yang akan selalu bersanding disampingku. Berdampingan mesra sebagai teman seperjalanan. Kamu yang selalu memberikan senyuman bertenaga, dikala aku terlelah. Kamu yang selalu mengirimkan doa-doa terindah agar aku dapat hidup kembali. Doa-doa darimu yang memberikan secercah cahaya surga. Doa yang selalu kamu panjatkan agar aku dapat terbang kembali dengan satu sayap. Doa ternyaman yang selalu aku peluk dalam tidur, agar dapat selalu bersamamu. Hanya doamulah yang kuingat. Beserta pesan-pesan sakti untuk mengarungi lautan kehidupan. Hingga ruang dan waktu tertentu yang memaksa kamu untuk pergi. Melanjutkan perjalananmu dengan nahkoda yang lebih baik, kapal yang terbaik dan bekal yang cukup. Selamat melanjutkan perjalanan untuk kamu, kearah yang lebih baik dan sesuai dengan keinginanmu. Sampai ketemu kembali di suatu hari nanti, di tempat kembalinya semua manusia.

Tentang kita yang selalu mengisi hari demi hari dengan berjuta rasa. Senyum yang selalu melekat dari wajahmu, membuat kita mampu menerjang segala rintangan yang menghalangi jalan kita. Kita yang berjanji untuk saling melengkapi satu sama lain. Dengan doa sebagai pondasi terkuat. Dengan niat dari arah tujuan kita bersama. Hingga sang ruang dan waktu memaksa kita untuk berpisah. Meneruskan sisa-sisa perjalanan hidup dengan jalan masing-masing. Menuju tempat pulang yang sama, namun berbeda ruang dan waktu. Kita tetaplah kita, tidak akan bertambah dan berkurang. Kita yang selalu mewarnai dunia ini dengan berjuta warna. Kita yang selalu mengirimkan doa meski Sang ruang dan waktu telah memisahkan.

Semua ini tentangMu, wahai perancang kehidupan.
Semua ini tentang pesanMu, wahai penulis skenario terhebat.
Semua ini tentang kuasaMu, wahai Sang penguasa ruang dan waktu.
Kami berjalan menujuMu. 


Jumat, 03 Maret 2017

Tidak Ada untuk Ada Kemudian Tidak Ada

Banyak para filsuf yang mencari awal mula dari kehidupan manusia. Filsafat ilmu yang berusaha menelusuri lebih jauh tentang keadaan yang terjadi dari masa ke masa. Semua berawal dari ketidak adaan menjadi ada kemudian menghilang, kembali menjadi tidak ada.

Tuhan yang Maha Pencipta memberikan akal dan hati kepada manusia untuk berusaha mengungkapkan rahasia terbesar ini. Walaupun usaha manusia itu terbatas oleh ruang dan waktu menjadikan dia ada pada saat itu. Penelusuran ini pun berkelanjutan bagi manusia yang berani berpikir secara mendalam sampai ke akar awal permulaan, menelusuri luasnya cakrawala dunia yang dapat di nikmati oleh panca indera, dan mengarungi hebatnya samudera hati. Hanya manusia tangguh yang akan menjabarkan tentang keadaan ini sampai jalan menuju Tuhan.

Segala sesuatu yang kita pikirkan dan bayangkan akan sangat mungkin terjadi, dengan iringan usaha dan doa. Kemudian bisa menjadi tidak ada dengan hilangnya jiwa dalam kehidupan.

Senin, 13 Februari 2017

Belum Tentu

Seseorang yang pergi ke kamar mandi belum tentu untuk mandi, bisa juga dia melakukan yang lainnya diluar dari mandi tersebut. Membersihkan kamar mandi, buang air dan yang lainnya.

Seseorang yang pergi membawa bantal belum tentu untuk tidur, bisa juga dia melakukan yang lainnya diluar dari tidur tersebut. Perang bantal yang membuatnya tidak bisa tidur.

Seseorang yang pergi ke sekolah belum tentu untuk belajar, bisa juga dia melakukan yang hal lainnya yang lebih seru dibandingkan dengan belajar yang sangat membosankan dan membutuhkan kesabaran tinggi.

Seseorang yang pergi bekerja belum tentu untuk mendapatkan uang, bisa juga dia melakukan hal lain yang lebih berharga dari segenggam uang yang diraihnya. Persaudaraan dan kekeluargaan yang terbentuk dari proses kerja yang dia jalani.

Seseorang yang pergi ke tempat ibadah belum tentu untuk beribadah dengan khusyuk, bisa juga dia melakukan hal lainnya. Seperti ingin dilihat orang, ingin bertemu dengan seseorang atau yang lainnya, yang tersembunyi dalam hatinya.

Seseorang yang berbuat baik juga belum tentu dengan niat tulus ihklas berbuat baik, bisa juga "ada udang dibalik batu" atau ada maunya. Seperti jual beli kebaikan atas dasar pahala dan surga. Sehingga kebaikan-kebaikan yang ada berwarna-warni menyelimuti isi bumi dengan segala keindahan.

Seseorang yang gemar membantu orang lain juga belum tentu dengan suka rela dia membantunya, bisa juga dia melihat dulu yang akan dibantunya tersebut. Apakah dengan membantunya, dia dapat membantu kembali pada saat dia kesusahan. Apakah yang akan dibantu itu satu golongan dengan kita atau tidak? Apakah jika kita bantu dia, kita akan mendapatkan hadiah? Hanya hati dan perilaku sehari-harinya yang dapat menjawab hal tersebut. Berlatih dengan rasa sabar, sukur, kecewa dan gembira.

Seseorang yang tetap menetap bersama kita belum tentu dia setia, bisa juga dia melakukan yang lainnya diluar dari kesetiaan tersebut. Tidak ada pilihan lain atau tetap senang bersama kita dengan segudang kesabaran yang dia miliki. Menjadi pelengkap disaat sepatu membutuhkan kaos kaki untuk kenyamanannya dan kendaraan membutuhkan mesin agar bisa dikendarai.

Hidup ini memang unik, banyak hal yang  "belum tentu" kita ketahui tetapi dengan pengetahuan terbatasnya menjadi tahu akan segala hal. Hanya asumsi belaka yang tidak dilanjutkan dengan kajian mendalam. Hanya berteriak kosong tanpa isi sehingga tidak membekas pesan yang disampaikannya. Hanya berupaya kuat didepan orang padahal lemah. Hanya berupaya senang dalam sebuah kumpulan padahal sedih tak berakhir.

Dengan "belum tentu" inilah seharusnya manusia dapat lebih mendalami lagi makna dari sebuah kehidupan yang tidak mudah terbawa arus dan mainstream yang ada. Karena manusia yang menciptakan kondisinya dan hanya manusia yang dapat mengatur kondisinya. Hanya sedikit yang mampu berpikir lebih mendalam, sehingga kebanyakan orang hanya mengikutinya saja.

Kamis, 26 Januari 2017

Memanusiakan Manusia

Sumber Daya Manusia (SDM) adalah hal yang sangat unik, dimana dinamika kehidupannya bergerak begitu cepat, daya tangkap dan pemahaman yang berbeda. Kebenaran yang akan datang akan melihat suara terbanyak dengan dukungan untuk satu kepentingan, tanpa telaah dan perwujudan musyawarah.

Ketika suatu masalah hanya dapat dilihat dari salah dan benarnya saja. Terlalu cepat bagi seseorang mengambil kesimpulan dalam hidup akan suatu masalah, sehingga benar dan salah itu bersifat pada saat itu saja. Hanya sedikit diantaranya yang menulusuri lebih dalam akan sebuah masalah yang terjadi sampai pada akarnya, sehingga masalah yang sudah diatasi akan selalu tumbuh dengan masalah berikutnya yang lama kelamaan akan semakin berkembang dan tumbuh subur pada pemegang kepentingan.

Solusi terbaik sering kali diabaikan karena pola pikir yang menempatkan bahwa kesalahan harus dihukum dan kebenaran harus ditegakkan. Kesalahan bagaikan jurang neraka yang dapat menampung para pelakunya dalam panasnya bara api. Kebenaran bagaikan surga yang memberikan senyum bahagia pada para pelakunya. Adakah yang masih memikirkan bagaimana cara untuk memperbaiki sebuah kesalahan itu? Dengan cara yang akan semakin menguatkan, sehingga kebenaran yang berlaku bukan untuk membuang para pelaku kesalahan itu ke neraka, melainkan merangkulnya untuk masuk surga bersama.

Seorang guru bijaksana dengan segala kerendahan hatinya pernah berpesan mengenai kesalahan dan kebenaran dalam beberapa solusinya, terutama terkait dengan hubungan manusia. Tentang ajaran ketika melihat seseorang yang berbuat kesalahan, yaitu;

1. Tutupi aibnya, jangan di umbar.

Kesalahan dari seseorang bisa jadi secara tidak sengaja atau disengaja. Kemungkinan besar tidak ada yang tahu kenapa orang tersebut berbuat salah. Salah menurut kita belum tentu salah menurut dia, begitu pun sebaliknya.

Misal, seorang pelacur itu merupakan sehina-hinanya perempuan, yang menjual dirinya untuk tiket neraka bagi para pembelinya. Kita sepakat bahwa hal itu adalah sebuah kesalahan tentang kehinaan dirinya dalam pandangan masyarakat. Tetapi, sedikit kali dari kita yang dapat menyelami sebab-akibat dirinya melakukan pelacuran tersebut dan memberikan solusi pengganti dari pekerjaan hinanya. Kita lebih asik dan lebih suka untuk membuka aibnya dan mengumbarnya ke depan masyarakat luas, sehingga dia tidak diterima dimasyarakat dan hina disemua tempat. Akibat besar dari hal ini adalah semakin kuatnya dia untuk menjadi pelacur, sehingga tiada harapan untuk memperbaiki dirinya dikala masyarakat tetap menilainya dengan nilai terendah. Sedikit dari kita yang dapat memahami sebab-akibatnya dan mau untuk merubahnya dengan pembinaan yang positif. Seperti memberikannya keterampilan yang dapat menjadi mata pencahariaannya seperti salon, menjahit, menulis, mengajar dan sebagainya.

Dengan cara yang manusiawi inilah derajat manusia akan terangkat menjadi pembawa rahmat bagi alam semesta. Aib yang ada menjadi sebuah inspirasi bagi mereka yang masih terjebak dalam kesalahan. Harapan untuk hidup lebih baik akan terbuka lebar, tatkala aib itu tertutup dan tidak terumbar pada masyarakat umum. Bau yang tak sedap dari sebuah kesalahan dapat menjadi pupuk pada tanaman yang akan tumbuh subur, berkembang dan berbuah yang dapat dinikmati oleh semua orang.

2. Nasehati secara personel dan rahasia.

Ketika seseorang itu salah, nasehatilah dengan cara personal dan rahasia, jangan didepan umum atau dihadapan masyarakat ramai. Kita diperintahkan untuk saling menasehati dalam kebaikan dan bersabar dalam menjalaninya. Dengan cara personal dan rahasia inilah kita dapat membuka sebab akibat dari seseorang yang melakukan kesalahan. Semua terbuka lebar dan luas tentang alasannya mengambil tindakan kesalahannya itu, lalu dengan mudahnya kita untuk memberikan kebenaran yang harus dia lakukan dikemudian hari.

Seseorang yang sudah bercerita panjang lebar tentang kesalahannya memiliki harapan untuk dapat merubahnya ke hal-hal yang baik. Bagaikan seseorang yang tersesat dijalan, kemudian dia bertanya untuk menemukan jalan tujuannya yang benar. Dengan cara personal inilah akan tumbuh sifat kekeluargaan yang kuat dan dapat saling percaya untuk bahu-membahu memperbaiki kesalahan.

3. Meminta tolong orang ketiga dengan keyakinan bahwa orang tersebut bisa menasehatinya.

Ketika kita sudah menutup aibnya, tidak mengumbar aibnya dan menasehatinya secara personal kepada seseorang yang berbuat kesalahan itu tidak berhasil, maka temukanlah seseorang yang dapat menasehatinya. Setiap manusia memiliki seseorang yang sangat dihormati, dipatuhi dan disegani dalam hidupnya, sehingga satu kata dari orang tersebut dapat membuka pintu hidayah untuknya.

“Serahkanlah sesuatu kepada yang ahlinya.” mungkin inilah kiasan yang tepat untuk seseorang yang sangat keras dan merasa benar sendiri, sehingga kehadiran orang ketiga yang mampu menasehatinyalah kunci dari perbaikan dirinya kearah kebenaran. Dengan begitu, solusi untukmemperbaiki sebuah kesalahan akan dapat merekat erat diantaranya. Tanpa ada tusukan dan tikaman yang menjatuhkan orang-orang bersalah.

Rabu, 11 Januari 2017

Manusiawinya

Manusiawinya adalah manusia sangat senang dengan pujian dan benci terhadap hinaan. Padahal manusia tercipta dari sebuah kehinaan, ketika sperma menemukan ovum, disanalah awal mula terbentuk manusia. Terbuat dari tanah dan akan kembali ketanah. Tanah sebagai tempat berpijaknya manusia, namun tak ada satu pun manusia yang sudi dipijak.

Manusiawinya adalah manusia tidak suka untuk disalahkan dan mereka memiliki seribu alasan untuk mengelaknya, bahkan ada yang berlindung dibalik ayat-ayat cinta suci.
Padahal manusia adalah tempatnya salah dan lupa, yang setiap kali diucapkan di mimbar suci dengan banyak manusia lain yang mendengar "jika ada kesalahan itu datangnya dari saya, selaku manusia biasa, dan kebenaran itu hanya datang dari Illahi ......  ". Lalu tak heran jika manusia lupa akan hal ini.

Manusiawinya adalah manusia akan berusaha untuk membalas semua perbuatan yang diberikan oleh manusia lain kepadanya, membalas dengan kebaikan ataupun keburukan. Baik dibalas dengan kebaikan dan buruk dibalas dengan keburukan. Dan hebatnya untuk membalas keburukan yang paling banyak diminati oleh mereka. Tolak ukurnya mudah, hanya berfokus pada benar dan salah menurut keyakinannya, dan mengesampingkan solusi untuk memperbaikinya secara baik-baik dan kekeluargaan. Sedangkan Sang Maha Pembalas pun duduk terdiam dan melihat manusia-manusia ini dengan tersenyum.

Aku hanya berlindung kepada Kau yang memiliki 99 nama indah, yang juga merupakan sifat-sifat dariMu. Dalam doaku, semoga dapat belajar memanusiakan manusia dengan 99 nama Mu.
Rasa, cinta, kasih, sayang, kedamaian, ketentraman dan ketenangan untuk bersanding kepadaMu.

Subuh Bergetar

Adzan subuh berkumandang membuat hatiku berdebar kencang.
Mata yang berat akibat kantuk sirna menjadi terang menerang, menatap tajam.
Ingatan masalalu datang menyelimuti kabut gelap di akhir malam.
Nafas sesak udara ku hirup membuat jantung bekerja lebih keras.
Dadaku terasa panas dengan pikiran yang tak kunjung berhenti, tentang sabda-Mu dan kenyataan yang ku lihat sendiri.

Banyak hal yang ingin ku tanyakan padaMu, untuk mengungkap tabir kehidupan ini.
Tentang apa yang mereka perjuangkan untukMu.
Tentang nilai yang kau hembuskan dalam 99namaMu.
Tentang bacaan yang menjadi petunjuk jalan untuk menghadapMu.
Tentang rasa yang harus ku telan demi menghadirkan diriMu.
Tentang pasrah yang harus aku lakukan demi skenario terindahMu.
Tentang cinta yang selalu Kau getarkan hati dan jiwaku untuk selalu mengingatMu.

Mengingatmu adalah sesuatu yang terlalu menarik untuk akalku, mencari ujung dari masalah-masalah yang terjadi, yang saling berkaitan satu sama lainnya, saling turun menurun, dan saling berpelukan dengan mesra. Hanya denganMulah, aku dapat menelusurinnya, hingga ujungnya pun mustahil aku dapat, dan aku banyak sekali menemukan persimpangan.

Dipersimpangan itulah ku temui banyak pintu, yang belum pernah aku ketahui jalan untuk kemana.
Jika aku tersesat, berikanlah aku kesesatan yang indah, yang dapat memberiku banyak pelajaran, pemaknaan yang dalam, kemanusiaan yang tinggi, kasih sayang yang melindungi, nilai2 kebaikan luhur budi pekerti yang dapat digali agar dapat merubah peradaban sejahtera dan damai.
Aku minta petunjukMu, dan memintaMu untuk selalu mendampingiku, dengan cara aku melibatkanMu dalam segala sesuatu.

Terima kasihku kepadaMu, Sang Pencipta Fajar.

Popular Posts

Pages

Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.