Senin, 19 Oktober 2015

Hilang Arah

Angin berhembus kencang, lalu pergi begitu saja.
Kemana arah angin tersebut?
Dimanakah dia akan berakhir?
Apa yang telah di bawanya sehingga sangat cepat ia berlalu?

Air mengalir mencari tempat terendah.
Tak peduli apapun yang ada di depannya,
Ia harus tetap mengalir.
Hingga saatnya dia bertemu dengan dua haluan
yang tak mungkin bersatu.
Tempat air tawar dan air laut bertemu.
Lalu kemana air tersebut berakhir?

Embun pagi dan dinginnya kabut akan berlalu
Ketika matahari mulai tersenyum kepada dunia.

Aku hilang arah.
Entah,
jalan mana yang harus ku tempuh.
Kemana kaki melangkah dan mata memandang.
Semua harus berjalan sesuai dengan irama.

Aku hilang arah.
Kemana,
kawan lama yang selalu ada
dalam suka maupun duka.
Sampai kita membuat dunia ini gila
dan kita gila di buat arah masa depan yang menjadi mimpi bersama

Aku hilang arah.
Kepada,
Siapa yang akan mendampingiku
di kala dingin malam memelukku dengan jarum kedinginan.
Siapa yang akan membuatku gerah
dengan semua perdebatan yang menguras banyak tenaga, emosi dan amarah
namun kita selalu mengakhirinya dengan canda tawa yang lebih menggila.

Aku hilang arah.
Ketika,
Semuanya telah berubah drastis,
dan aku hanya disini.
duduk termangu memahami setiap perubahan yang ada,
untuk menyadarkanku bahwa aku sendiri harus berubah.
Aku tdak tahu harus berubah seperti apa.
Sejauh pemikiran yang membuatku semakin mendalami berbagai sudut pandang yang berbeda.
Membuatku harus melepaskan semua yang ku punya.

Aku hilang arah.
Apa
yang bisa kubawa kepada Tuhanku yang sangat Pecinta itu.
malu aku di buatNya,
disaat diri merasa benar atas segala sesuatu, dan Dia pun hanya tersenyum,
sambil mengelus dadaku dengan Rahman-Nya.

Sering kali aku menentang-Nya, dengan otak yang terbatas ini, dan hati yang tak lagi suci.
Hingga lelah aku dibuatNya, untuk mengeluhkan,
mengadukan dan menolak semua yang telah Dia buat.
Saat lelah tersebutlah, aku merasakan lemah selemah-lemahnya di hadapan-Nya,
hingga sesak didada mengeluarkan air mata, dan tubuh terasa berat untuk bangkit.
Namun Kau selalu tersenyum dan membelaiku dengan lembut cinta-Mu.
sampai ringan semua masalah dunia ini.

Aku hilang arah.
Kawan,
kemana pun kau pergi,
bagaimana pun keadaan kau,
jadi apa kau disana,
Aku akan selalu mendekapmu dalam doa.
Dengan Dia, yang selalu menjadi alasan untuk kita bertemu dan berpisah.
Hingga kita bertemu kembali bersama dihadapanNya.
Entah dalam keadaan mulia atau hina.

0 komentar:

Posting Komentar

Popular Posts

Pages

Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.